
Sebagai salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia harusnya IMM mampu membawa perubahan besar pada kondisi masyarakat Indonesia sekarang baik secara micro atau macro namun pada kenyataannya IMMawan di IMMawati rapuh pada idiologi mereka sendiri di zaman yang serba maju ini memang banyak sekali rintangan yang kerap mengaburkan pandangan dan juga pikiran, bagi siapapun yang tak faham dan teguh pada pendirian nya dapat dipastikan akan terjebak pada arus zaman yang sangat mengerikan, luntur nya pemaham kader IMM pada idiologi nya sendiri memang bukan fakta baru lagi banyak sekali usaha yang dilakukan oleh kader-kader IMM yang militan untuk memecah masalah ini seperti membuat buku,CM, diskusi, dan banyak lagi. lantas mengapa hanya seperti titik hitam di atas kertas perubahan yang terjadi? Banyak faktor yang mendasari hal ini seperti :
- Malas, tingkat kemalasan kader IMM yang sudah di level akut adalah salah satu faktor utama yang melatar belakangi IMM menjadi stagnan dan tak lagi berkembang, IMM sekarang hanya eksis ketika moment-moment tertentu yang berbau politik, dan tak lagi mau turun ke masyarakat memang tidak semua tapi banyak terjadi, semua itu terjadi karna apa? MALAS.
- Sifat Pragmatis, mahasiswa sekarang cenderung ingin instan dan tak lagi memperdulikan proses hal ini juga menjadi penyebab IMM terus menerus merosot secara kualitas.
- Tak mau membaca, banyak sekali kita temui dimana kader IMM sudah tidak akrab lagi dengan buku-buku, padahal kalau kita melihat ke belakang para Founding Father Bangsa, Muhammadiyah dan IMM itu sendiri semuanya adalah kaum intelektual yang tak bisa hidup kalau tak membaca buku.
- Politik praktis, sudah menjadi rahasia umum bila organisasi mahasiswa pada zaman ini sangat akrab dengan apa itu politik praktis dan tak luput dengan IMM sendiri banyak oknum yang membawa IMM ke ranah politik praktis sambil berteriak-triak “Assalamu’alaikum mas kaesang” Ya begitu lah kira-kira.
Dalam ikhtiar menyelamatkan IMM akan sangat baik bila kita menyusuri sejarah bangsa kita ini untuk belajar dan merefleksi diri, pada hal ini penulis akan mengarah kan pada satu nama yaitu Sultan Ibrahim Datuk Tan Malaka atau yang kerap kita kenal dengan nama “Tan Malaka” Beliau adalah filsuf sekaligus Bapak Republik Indonesia beliau mendapat gelar itu setelah menuliskan konsep tentang Republik pada buku nya “Naar de Repbuliek Indonesia” yang artinya Menuju Indonesia Republik, Tokoh Indonesia satu ini memang kerap menjadi inspirator para Aktivis masa kini kegigihan nya menuju 100% merdeka banyak menginfluence para Aktivis untuk terus melawan dan melakukan perubahan,Tan Malaka yang dikenal sebagai tokoh Komunis ini ternyata juga seorang Hafiz Al- Qur’an sebuah gelar yang jarang dimiliki oleh kader IMM sekarang, lantas apa yang dapat kita pelajari dari beliau?
- Intelektual, di kutip dalam bukunya Madilog,Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi. dari perkataan beliau itu jelas sekali bahwa membaca adalah sebagian dari hidupnya, kita sebagai kader IMM juga harus meneladani hal itu menumbuhkan kembali budaya membaca adalah satu ikhtiar yang dapat mengembalikan kualitas kader IMM.
- Teguh pendirian, Tan Malaka adalah seorang tokoh revolusioner yang sangat teguh dan yakin pada pikiran dan pendirian nya, hal ini terbukti ketika beliau menentang para tokoh lain yang lebih memilih berdiplomasi dengan belanda yang bahkan jelas bahwa belanda sebagai penjajah pada waktu itu,Ketahuilah, seorang tuan rumah yang baik tidak akan pernah berunding dengan maling yang menjarah rumahnya. begitulah ucap Tan Malaka pada pencuri.
- Visioner, di masa masyarakat Indonesia belum terpikirkan tentang kemerdekaan bangsa nya Tan Malaka sudah menulis buku tentang konsep negara Indonesia yang sekarang kita gunakan yaitu Republik, kita kader IMM sudah seharusnya berpikir kritis dan visioner untuk bisa memecahkan sebuah masalah.
- Berintegritas, Intertritas Tan Malaka memang sudah tak ragukan lagi banyak sekali musuh yang dihadapi oleh Tan tetapi tak satupun yang dapat menggoyahkan langkah nya, dalam salah satu perjalanan nya Tan Malaka pernah mencalonkan diri sebagai anggota dewan di Belanda lewat CPH atau partai komunis Belanda, Tan Malaka mencalonkan diri karna ingin memperjuangkan suara negri jajahan yang tak lain yaitu Indonesia.
Dalam hal ini Kader IMM haruslah belajar dari Tan Malaka.
Oleh : Farich Al Mughni